Podcast Ramadhan Eps.01

Scientifikasi Ibadah (Puasa) oleh Pak Arif Dwi Iskandar, M.Hum

Menutur Pak Arif Dwi Iskandar “Bahwa tubuh manusia dipengaruhi oleh tiga P (pola pikir, pola makan, pola hidup), jangan lupa bahwa otak kedua manusia itu adalah perut”. Kalau kemudian tidak diatur ritmenya dengan tidak melakukan detoksifikasi (dengan cara berpuasa) tadi, pembersihan dalam organ-organ ini bisa berpengaruh ke dalam pola fikir kita seperti halnya penyakit asam lambung (GERD) dan maag itu juga termasuk faktor dari pikiran juga. Secara spiritual lebih menyadar lagi karena selain dari dimensi keyakinan kita tadi ditopang dengan dimensi sains yang ternyata mendukung itu terhadap ketenangan jiwa, kemudian sehat atau tidak sehat itu tentu harus diukur dari kacamata medis. Tapi di dalam beberapa riset berkaitan dengan puasa pengaruhnya terhadap kesehatan itu banyak sekali. Bagi perempuan misalkan ini ada salah satu jurnal saya pernah baca, salah satu cara agar kemudian membuat awet cantik atau awet muda itu adalah dengan berpuasa karena berpuasa dapat meregenerasi kulit, kemudian jantung, jadi dengan berpuasa orang tersebut jantungnya itu cenderung sehat, kemudian diabetes, diabetes itu salah satu penurunan gula yang efektif untuk menurunkan gula itu salah satunya adalah dengan berpuasa.

Secara psikologis, puasa itu bisa menenangkan orang yang berpuasa, jadi kalau butuh ketenangan salah satu jalannya adalah dengan berpuasa.  Keberadaan puasa ini bisa mendorong hadirnya ketenangan dalam berfikir, kemudian dalam melakukan sesuatu perlu diingat bahwa otak kita juga harus bersinergi dengan hati kita, dalam Alquan Surat Al-A’raf ayat 179 yang berbunyi :

لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ

Artinya : “Mereka memiliki hati, tapi tidak berakal (tidak digunakan untuk memahami)”Artinya apa?

Hati ada ketersambungan dengan akal,  atau bahkan ada yang mengatakan, akalnya manusia itu sejatinya bukan akal di dalam kepala kita, tetapi dalam hati juga, nah itu jadi ritme pemikiran kita yang mana ritme sehat kita itu bisa dibantu melalui aktivitas puasa, karena sumber penyakit itu kebanyakan adalah dari makanan teratur yang kita makan dan itu bisa berpengaruh pada pemikiran kita. Kemudian dari dimensi sosiologis, puasa itu bukan berarti kemudian menjadikan kita berbeda atau kemudian kita acuh kepada orang-orang yang tidak berpuasa,kenyataannya masih ramai di tiktok, di youtube itu kita lihat,  ada war takjil gitu kan berebut takjil (umat Islam dengan non Islam) itu berkembang. Dan itu bukan berarti war dalam tanda kutip perang dalam kendalian negatif. Enggak kan? Tapi ini mencirikan betapa asyiknya puasa terutama di bulan Ramadhan.

Wallahu a’lam bishawab

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top